Minggu, 07 April 2019

Artikel membumikan islam di indonesia melalui akulturasi budaya


MEMBUMIKAN ISLAM DI INDONESIA
MELALUI AKULTURASI BUDAYA

Oleh :
LILIS WULANDARI                       (18080554015)
SILVI PUTRI AGUSTIN                  (18080554057)
VITALOKA MAWADDHAH          (18080554065)

1.      PENDAHULUAN
Sebelum islam masuk ke bumi nusantara, sudah terdapat banyak suku bangsa, organisasi, pemerintahan, struktur ekonomi, sosial dan budaya yang berkembang di Indonesia. Semua itu tidak terlepas dari kebudayaan nenek moyang (animisme dan dinamisme). Dan Hindhu Budha yang berkembang.setelah masuknya islam dinusantara , terbukti budaya dan ajaran islam mulai berkembang. Hal ini tidak bisa terlepas dari perang peran mubaligh-mubaligh dan peran Walisongo di Jawa. Bukti bahwa ajaran islam telah diajarkan di Jawa. Dikota-kota besar dan kecil yang sudah islam, terdapat bangunan-bangunan masjid yang digunakan untuk berjamaah. Hal itu merupakan bukti budaya yang telah berkembang dinusantara'
Agama dan budaya islam masuk ke Indonesia mempengaruhi kebudayaan asli indonesia sehinga menimbulkan akulturasi kebudayaan sehingga lahirlah corak baru kebudayaan Indonesia. Dinusantara banyak terdapat bangunan yang akulturatif dan budaya non fisik yang merupakan perpaduan antara budaya islam dengan budaya lain. Berkembangnya budaya islam di kepulauan Indonesia telah menambah khasanah budaya nasional Indonesia, serta ikut memberikan dan menentukan corak kebudayaan Indonesia. Akan tetapi karena kebudayaan yang berkembang di Indonesia sudah begitu kuat dilingkungan masyarakat maka berkembangnya kebudayaan islam tidak menggantikan atau memusnakan kebudayaan yang sudah ada. Dengan begitu terjadi akulturasi antara kebudayaan islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Hasil proses antara akulturasi kebudayaan pra-islam dengan ketika Islam masuk tidak hanya berbentuk fisik kebendaan seperti seni bangunan, seni ukir dan karya sastra tetapi juga menyangkut pola hidup dan kebudayaan non fisik lainnya.

2.      KAJIAN TEORI
Akulturasi berasal dari istilah bahasa latin “”Aculturate”, yang berarti “tumbuh dan berkembang bersama-sama”. Bila diartikan secara umum dapat didefinisikan bahwa akulturasi merupakan perpaduan dua atau lebih kebudayaan, sehingga muncul budaya baru tetapi tidak menghilangkan budaya lama. Sehingga antara satu budaya dengan budaya lainnya saling memiliki pengaruh kuat. Kemudian kebudayaan baru akan disepakati bersama sebagai budaya baru suatu kelompok. Proses akulturasi ini dimaksudkan untuk mengola kebudayaan asing yang tidak menghilangkan unsure budaya asli hingga bisa diterima oleh penganut kebudayaan tersebut. Karena itu, dalam teori akulturasi, J Powel (dalam Baker Sj 1984: 115), mengungkapakan, akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai-nilai budaya asing ke dalam budaya lokal tradisional. Budaya berbeda itu bertemu, yang luar mempengaruhi yang telah mampan untuk menuju suatau keseimbangan. Sementara itu, Konjaraningrat (1990: 91), mengartikan, akulturasi sebagai suatu kebudayaan dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh suatu kebudayaan asing yang demikian berbeda sifatnya, sehingga unsur kebudayaan asing tadi lambat laun diakomodasikan dan diintegrasikan kedalam budaya itu sendiri tampa kehilangan kepribadiaan dan kebudayaanya.
Konsep akulturasi dimanfaatkan oleh para penyiar untuk menyiarkan agama Islam di Nusantara. Keberhasilan proses Islamisasi di Nusantara dengan konsep akulturasi ini, memaksa Islam sebagai pendatang, untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang selaras dengan kemampuan penangkapan dan pemahaman masyarakat yang akan dimasukinya dalam pengakuan dunia Islam. Langkah ini merupakan salah satu watak Islam yan pluralistis yang dimiliki semenjak awal kelahirannya (Sugiri 1996: 43).
Kemampuan Islam untuk beradaptasi dengan budaya setempat, memudahkan Islam masuk ke lapisan paling bawah dari masyarakat. Akibatnya, kebudayaan Islam sangat dipengaruhi oleh kebudayaan petani dan kebudayaan pedalaman, sehingga kebudayaan Islam mengalami transformasi bukan saja karena jarak geografis antara Arab dan Indonesia, tetapi juga karena ada jarakjarak kultural. Proses kompromi kebudayaan seperti ini tentu membawa resiko yang tidak sedikit, karena dalam keadaan tertentu seringkali mentoleransi penafsiran yang mugkin agak menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Kompromi kebudayaan ini pada akhirnya melahirkan, apa yang di pulau Jawa dikenal sebagai sinkretisme atau Islam Abangan. Sementara di pulau Lombok dikenal dengan istilah Islam Wetu Telu (Zuhdi 2009: 111).  Islam dalam lintasan sejarah telah menjadikan Islam tidak dapat dilepaskan dari aspek lokalitas, mulai dari budaya Arab, Persi, Turki, India sampai Melayu. Masing-masing dengan karakteristiknya sendiri, tapi sekaligus mencerminkan nilai-nilai ketauhidan sebagai suatu unity sebagai benang merah yang mengikat secara kokoh satu sama lain. Islam sejarah yang beragam tapi satu ini merupakan penerjemahan Islam universal ke dalam realitas kehidupan umat manusia (Zuhdi 2012: 58).

3.      PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kebudayaan Islam
Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meiputi kegiatan akal, hati dan tubuh yang menyatu dalam satuan perbuatan. Wujud kebudayaan nampak pada adat istiadat, bahasa, teknoogi,  organisasi sosial politik, religi dan seni. Budaya tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan.
Kebudayaan islam adalah semua hasil olah akal, budi, cipta rasa, dan karya  manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai islam dan tidak bertentangan dengannya. Aturan-aturan Allah dan RosulNya menjadi inspirator sekaligus sebagai penuntun dan pengarah lahirnya kebudayaan Islam.
B.     Dasar-dasar Kebudayaan Islam
Dasar-dasar kebudayaan islam yang juga merupakan inti pokok ajaran islam adalah tauhid (akidah), syariat (hukum islam), dan maslahat (akhlak). Tauhid menjadikan kebudayaan mempunyai unsur ketuhanan (theosentris), menjadikan Al-Quran dan Hadist sebagai sumber inspirasi dan idealisme berkebudayaan. Syariat atau hal-hal haram dalam islam menjadikan kebudayaan punya kendali, punya mata untuk dapat memilah antara kesesatan dan kebenaran. Sedangkan akhlak atau maslahat menjadikan kebudayaan bermartabat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan (anthroposentris). Dengan demikian kebudayaan islam bukanlah kebudayaan sekuler yang bebas dari nilai dan norma agama. Kebudayaan islam adalah kebudayaan yang mempunyai unsur dan menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan sekaligus (theo-anthroposentris).
C.    Peran dan Fungsi Budaya dalam Islam
Bagi mazhab positivis, agama sebagaimana juga seni dari sains, adalah bagian dari puncak ekspresi kebudayaan sehingga keduanya sering dikategorikan sebagai peradaban (civilization), bukan sekedar culture. Namun bagi islam kebudayaan adalah perpanjangan dari perilaku agama. Agama bagaikan ruh yang datang dari langit sedangkan budaya adalah jasad bumi yang siap menerima ruh agama sehingga pertemuan antara keduanya melahirkan peradaban. Ruh tidak bisa beraktifitas dalam pelataran sejarah tanpa jasad, sedangkan jasad akan mati dan tidak sanggup terbang menggapai langit-langit makna ilahi tanpa ruh agama. Sejarah adalah lokus bagi kehadiran asma-asma tuhan untuk mengekspresikan diri-Nya dalam wajah budaya.
Tidak ada peristiwa sejarah dan budaya tanpa kehadiran dan keterlibatan Tuhan di dalamnya. Budaya adalah tempat Tuhan untuk berinkarnasi melalui asma, kehendak dan ilmu-Nya untuk mengaktualkan diri-Nya, dan manusia adalah agen Tuhan yang menghubungkan antara kehendak khalik di langit dengan realitas makhluk di bumi.
Oleh karena itu, akhlak manusia selalu mengorientasikan diri pada kualitas ilahi di satu sisi dan berbuat baik pada sesama penduduk bumi di sisi yang lain. Bumi bersifat peminim yang menunggu pembuahan dari langit yang bersifat maskulin. Agama mengandung dogma dan ajaran keselamatan yang jelas dan tegas yang bersifat maskulin, namun ketegasan agama harus diformulasikan oleh bahasa budaya yang penuh bijak, lembut, feminim dan beradab. Agama sebagai makna dan budaya sebagai bahasanya. Agama sebagai maksud serta tujuan, dan budaya sebagai sarananya. Agama sebagai kacangnya, dan budaya sebagai kulitnya.
D.    Universalisme Islam
Islam yang berkarakteristik universial,mempunyai pandangan hidup (weltanchaugh) yang mengajarkan tentang persamaan,keadilan,kebebasan dan kehormatan,serta memiliki konsep teosentrisme yang humanistik sebagai nilai inti (core value) dari seluruh ajaran islam,dan menjadi tema peradaban islam. Universalisme islam menampakkan diri dalam berbagai manifestasi penting,dan yang terbaik adalah dalam ajaran-ajarannya. Ajaran-ajaran islam yang mencakup aspek kaidah,syari’ah dan akhlakmenampakkan perhatiannya yang sangat besar terhadap persoalan utama kemanusiaan. Sedangkan, Dalam pengertian yang sederhana, kebudayaan adalah hasil cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi lahir batin yang dimilikinya. Di dalamnya terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat dan sebagainya. Kebudayaan dapat digunakan untuk memahami agama yang tampil dalam tatanan empiris atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersifat selektif, yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam. Islam adalah sebuah paradigm terbuka, ia merupakan mata rantai peradaban dunia. Banyak contoh yang dapat dijadikan bukti tentang peranan Islam sebagai mata rantai peradaban dan kebudayaan dunia. Dengan meletakkan agama sebagai sasaran penelitian budaya tidaklah berarti agama yang diteliti itu adalah hasil kreasi budaya manusia. Sebagian agama tetap diyakini sebagai wahyu dari Tuhan, yang dimaksud bahwa pendekatan yang digunakan disitu adalah pendekatan penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian budaya. Yang termasuk penelitian budaya, seperti disinggung sebelumnya, adalah penelitian tentang naskah-naskah (filologi), alat-alat ritus keagamaan, benda-benda purbakala agama (arkeologi), sejarah agama, nilai-nilai dari mitos-mitos yang dianut para pemeluk agama dan sebagainya. Agama dan budaya adalah dua bidang yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar budaya didasarkan pada agama, tidak pernah sebaliknya. Oleh karena itu, agama adalah primer dan budaya adalah sekunder. Budaya bisa merupakan ekspresi hidup keagamaan karena ia sub ordinat terhadap agama dan tidak pernah sebaliknya Agama pada hakikatnya mengandung dua kelompok ajaran. Kelompok pertama, ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rosul-Nya kepada masyarakat manusia. Ajaran dasar ini terdapat dalam kitab-kitab suci dan ajaran-ajaran itu memerlukan penjelasan, baik mengenai arti dan pelaksanaannya. Kelompok kedua, karena merupakan penjelasan dan hasil para pemikiran pemuka atau ahli agama, pada hakikatnya tidaklah absolute, tidak mutlak benar, dan tidak kekal. Kelompok dua bersifat relative, nisbi dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Menurut hasil penelitian ulama, jumlah kelompok pertama tidak banyak. Pada umumnya yang banyak adalah kelompok kedua. Dalam Islam, kelompok pertama terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits mutawatir. Sedangkan kelompok kedua ini diambil dari penjelasan-penjelasan para pemuka atau ahli agama tersebut. 
Karakteristik Islam Indonesia
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” QS. Al-Hujuraat:13
1.      MUDIK LEBARAN
Mudik Lebaran adalah perayaan Hari Raya Idul Fitri yaitu  hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriyah. Karena penentuan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan tersebut, maka Idul Fitri atau Hari Raya Puasa jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila dilihat dari penanggalan Masehi. Cara menentukan 1 Syawal juga bervariasi, sehingga boleh jadi ada sebagian umat Islam yang merayakannya pada tanggal Masehi yang berbeda.
Umat Islam di Indonesia menjadikan Idul Fitri sebagai hari raya utama, momen untuk berkumpul kembali bersama keluarga, apalagi keluarga yang karena suatu alasan, misalnya pekerjaan atau pernikahan, harus berpisah. Hari Raya Idul Fitri di Indonesia diperingati sebagai hari libur nasional, diperingati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang memang mayoritas Muslim. Idul Fitri di Indonesia disebut dengan Lebaran, dimana sebagian besar masyarakat pulang kampung (mudik) untuk merayakannya bersama keluarga.
Selama perayaan, berbagai hidangan disajikan. Hidangan yang paling populer dalam perayaan Idul Fitri di Indonesia adalah ketupat, yang memang sangat familiar di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Bagi anak-anak, biasanya para orang tua memberikan uang raya/THR kepada mereka.
2.      TEPUNG TAWAR/ PEUSIJEUK
Tepung tawar merupakan sebuah tradisi yang biasa dilakukan di kalangan suku Melayu dan Aceh. Tradisi ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Upacara tepung tawar/peusijeuk sebagaimana dikenal masyarakat Melayu seperti Malaysia dan Indonesia menyertai berbagai peristiwa penting dalam masyarakat, seperti kelahiran, perkawinan, pindah rumah, pembukaan lahan baru, jemput semangat bagi orang yang baru luput dari mara bahaya dan sebagainya. Dalam perkawinan, misalnya, tepung tawar/peusijeuk adalah simbol pemberian doa dan restu bagi kesejahteraan kedua pengantin. Dalam upacara ini, penepung tawar/peusijeuk menggunakan seikat dedaunan tertentu untuk memercikkan air terhadap orang yang ditepungtawari. Air tersebut terlebih dahulu diberikan wewangian seperti jeruk purut dan sebagainya, selanjutnya menaburkan beras dan padi ke atas orang yang ditepungtawari. Akhirnya menyuapkan santapan pulut (atau lainnya) ke mulutnya.
Terdapat beberapa variasi upacara ini untuk daerah yang berbeda, tetapi tujuannya tetap sama, yaitu mengharapkan suatu kebaikan. Acara tepung tawar/peusijeuk biasanya diisi dengan pembacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan berdoa kepada Allah SWT. Dalam adat Aceh, tepung tawar ini biasa disebut dengan peusijeuk, yang merupakan suatu acara adat yang dilakukan pada waktu dan untuk tujuan tertentu, seperti memuliakan tamu, meresmikan sebuah tempat yang baru selesai dikerjakan, mendamaikan sebuah sengketa dan lain-lain.
3.      ISRA DAN MIKRAJ
Isra Mikraj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Bagi umat Islam Indonesia, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Karenanya, Pemerintah Indonesia menetapkan peringatan ini sebagai Hari Besar Nasional.
4.      MAULID NABI MUHAMMAD
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Masyarakat Islam di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Jawa bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten.
Sekarang Maulid Nabi Muhammmad sudah menjadi Isu Nasional yang tidak hanya dilakukan sebagian kalangan, seluruh masyarakat Islam Indonesia memperingatinya. Sebab Pemerintah Indonesia sudah menjadikannya sebagai Hari Besar Nasional
5.      PECI NASIONAL
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diaktakan bahwa Peci adalah penutup kepala terbuat dari kain dsb, berbentuk meruncing kedua ujungnya; kopiah; songkok.
Awalnya peci merupakan pakaian sehari-hari setiap muslim laki-laki di Indonesia. Tapi seiring dengan perkembangan zaman, peci oleh rakyat pribumi yang dianggap berpendidikan tinggi hanya dipakai pada keadaan tertentu saja. Seperti saat shalat, resepsi tertentu, dan acara-acara yang dianggap penting, sedangkan untuk kegiatan sehari-hari masyarakat Islam Indonesia lebih memilih memaka topi.
Menurut beberapa sumber, peci mula-mula muncul di Indonesia sekitar abad ke-14 setelah Laksamana Cheng Ho melakukan invansi. Peci sendiri secara bahasa memiliki makna tersendiri, kata Pe artinya delapan dan Chi artinya energi. Sehingga Peci dari dulu dikenal sebagai alat penutup bagian tubuh yang dapat memancarkan energinya ke delapan penjuru angin.
Dapat disimpulkan bahwa Soekarno yang mewakili seluruh laki-laki muslim Indonesia berhasil menjadikan Peci sebagai budaya lokal yang dapat diterima semua kalangan dan agama sehingga menjadi Isu nasional. Dalam Islam, seorang laki-laki yang memakai Imamah/Sorban hukumnya sunnah. Walaupun bentuk tidak sama, namun fungsi dan kegunaan antara Peci dan Imamah/Sorban sama saja.
6.      WIRID YASINAN
Wirid Yasinan juga sudah menjadi salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat. Wirid adalah salah satu kegiatan dimana para jamaah pengajian membacakan Surat Yasin dengan maksud mengirimkan pahala bacaan tersebut kepada sanak saudara dan kerabat dekat yang sudah meninggal dunia.
Wirid Yasinan biasanya dilaksanakan seminggu sekali, dan dilaksanakan secara bergilir dari rumah-rumah warga. Agar lebih produktif, kegiatan wirid yasinan ini dilaksanakan dalam lingkup satu buah lingkungan, dengan kepala lingkungan (Kepling) menjadi penasehat pengajiannya. Dengan dilaksanakannya seminggu sekali, ditengah-tengah kesibukan mencari nafkah, wirid yasinan juga dapat menjadi wadah silaturrahmi antar warga. Sehingga kerukunan dan persatuan ummat dalam lingkup lingkungan tetap terjalin.
Walaupun pada perkembangannya, ada beberapa kritik terhadap kegiatan ini, wirid yasinan tetap menjadi karakteristik Islam Indonesia yang tetap harus dipertahankan.
E.     Kosmopolitalisme Kebudayaan Islam
      Sifat ajaran islam yang universal, berpengaruh pada pandangan budaya yang kosmopolitan, yaitu sebuah pola budaya yang konsep-konsep dasarnya meliputi , dan diambil dari seluruh budaya umat manusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa kosmopolitan bermakna bahwa islam memiliki padangan atau wawasan yang luas. Refleksi dan manifestasi kosmopolitan kebudayaan islam dapat kita lihat dari jaman Rasulullah baik dari konsep pemikiran maupun seni arsitektur bangunan dan sebagainya. Seperti salah satu contohnya adalah pada awal masa islam Rasulullah SAW bekhutbah hanya dinaungi sebuah pelepah kurma. Namun, kemudian kuantitas kaum muslimin mulai bertambah banyak, dipanggilah seorang tukang kayu Romawi. Ia akhirnya membuatkan untuk Nabi sebuah mimbar dengan tiga tingkatan yang dipakai untuk berkhutbah jumat dan munasabah-munasabah lainnya.
      Dari sebuah contoh diatas, menunjukan kepada kita betapa kebudayaan dan peradapan islam dibangun diatas kombinasi nilai ketakwaan, persamaan dan kreatifitas dari dalam diri islam yang universal dengan akulturasi timbal balik dari buadaya-budaya lokal luar arap yang di islamkan. Tidak hendak mempertentangkan antara Arab maupun non Arab. Semuanya tetap bersatu dalam label “muslim”. “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi allah yang paling bertakwa”. (Q.S. al-Hujurat:13)
F.     Adat Istiadat (‘Urf) dalam islam
      ‘Urf adalah sesuatu yang menjadi adat kebiasaan yang dijalankan oleh manusia baik berupa perbuatan maupun bahasa. Dari segi shahih (baik) tidaknya ‘Urf terbagi menjadi dua yaitu :
a.   ‘Urf baik adalah adat kebiasaan manusia yang sesuai dan tidak bertentangan dengan syariat. Seperti contohnya kebiasaan seorang anak yang mencium tangan orangtua, istri yang mencium tangan suami dan murid yang mencium tangan gurunya sebagai simbol ungkapan bakti , penghormatan dan ketaatan.
b.   ‘Urf Fasid adalah adat kebiasaan manusia yang bertentangan dengan ajaran islam. Salah satu contohnya adalah pacaran dan praktek ekonomi ribawi. Adat kebiasaan ini tidak boleh dilestarikan atau digunakan sebagai sumber hukum untuk menghalalkan hal-hal lain yang berkaitan karena bertentangan dengan syariat yang melarang perzinaan, riba dan segala hal yang berhubungan dengannya.dalam hal ini menghadirkan sistem perekonomian dan perbankan islami bebas riba untuk mengganti sistem perekonomian ribawi dan pergaulan yang sehat dan bermartabat ala islam untuk mengganti budaya pacaran.
Validasi adat istiadat dalam islam diambil dari hadist nabi : “ apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka menurut allah adalah baik, dan sebaliknya yang dipandang jelek oleh mereka menurut Allah adalah jelek.” (HR.Thabrani).
G.    Wujud Akulturasi Ajaran Islam Dengan Buadaya Dan Contohnya Di Indonesia
Akulturasi atau percampuran dan perpaduan budaya-budaya setempat dengan budaya arab disatu sisi, serta niai-nilai dan ajaran islam disisi yang lain. Perpaduan ini pada dasarnya bertujuan islamisasi namun adakalanya juga banyak yang berakhir pada kompromi atau sinkretisme.
Islamisasi budaya adalah mempertahankan sisi baik pada budaya lokal yang tidak bertentangan dengan nilai dan ajaran islam dan mengganti hal-hal yang bertentangan dengan menghadirkan sebuah budaya yang alternatif yang cerdas, kreatif, inovatif dan syar’i untuk kemudian menjadi budaya lokal yang islami. Sinkretisme yang dilarang dalam hal ini adalah pleburan atau percampuran antara budaya islam dengan ajaran islam. Seperti yang dapat pada praktek ritual dan keyakinan aliran kebatinan islam kejawen yang menyembah dan mensakralkan roh dan lelembut di sisi yang lain.
Akulturasi ajaran islam dengan budaya arab jahiliyah adalah fakta sejarah yang tidak bisa dielakkan. Dari beberapa ajaran islam ada yang merupakan produk budaya Arab Jahiliyah. Ajaran syura dalam islam merupakan warisan tradisi yang berlaku pada masyarakatArab jahiliyah ketika itu. Syura dengan hilful fudhul nya adalah sebuah forum musyawarah pembesar suku untuk mengambil suatu keputusan dan kesepakatan untuk kebaikan. Islam datang mengadopsinya dengan penambahan bahwa kesepakatan untuk kebaikan harus sesuai dan tidak bertentangan dengan syariat. Berikut contoh perwujudan akulturasi ajaran islam dengan budaya indonesia.
1.      Seni bangunan
Perpaduan antara seni budaya Indonesia dengan ajaran islam pada seni bangunan dapat dilihat melalui bangunan, seperti :
1)      Masjid
a.      Atap
Atap bukan berupa kubah, melainkan berupa atap tumpang yaitu atap yang bersusun, semakin keatas semakin kecil. Tingkatan paling atas membentuk limas. Jumlah tumpang selalu ganjil, biasanya 3 seperti di Masjid Demak.Ranggon atau atap yang berlapis diambil dari konsep ‘Meru’ dari masa pra Islam (Hindhu-Budha) yang terdiri dari sembilan susun. Sunan Kalijaga memotongnya menjadi tiga susun, hal ini melambangkan tiga tahap keberagamaan seorang muslim yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan. Pada mulanya, orang baru beriman saja kemudian ia melaksanakan islam ketika telah menyadari pentingnya syariat. Barulah ia memasuki tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu ihsan dengan jalan mendalami tasawuf, hakikat, dan makrifat.
b.      Menara
Menara masjid kudus merupakan sebuah candi Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan penggunaannya serta diberi atap tumpang.
c.       Letak Masjid
Pada umumnya masjid didirikan berdekatan dengan istana. Kalau disebelah utara dan selatan istana biasanya terdapat sebuah lapangan, yang di Jawa disebut alun-alun, maka masjid didirikan di tepi barat alun-alun. Masjid adalah lambang agama, istana adalah lambang kekuasaan, dan alun-alun adalah simbol rakyat karena di alun-alunlah tempat berkumpulnya rakyat. Ketiga tempat ini adalah simbol  3 kekuasaan (trias politica). Tuhan, raja dan rakyat.
 Letak masjid di sisi barat alun-alun dan istana melambangkan bahwa kekuasaan Tuhan diatas kekuasaan raja dan rakyat. Letak sejajar alun-alun dan istana dibawah masjid adalah kesetaraan kedudukan raja dan rakyat di hadapan Tuhan. Hukum raja dan hukum rakyat harus tunduk dibawah hukum Tuhan. Inilah prinsip dan pesan moral ajaran islam yang menempatkan wahyu diatas akal dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa tata letak dan tata kota bangunan peradaban.
 Masjid juga sering ditemukan di tempat-tempat keramat, yaitu tempat makam seorang raja, wali atau ahli agama yang termasyur. Ini adalah pesan agar manusia senantiasa mengingat Tuhan dengan mengingat kematian. Masjid-masjid itu diantaranya :

a)      Masjid Agung Cirebon yang bertingkat dua dan dibangun pada awal abad ke-16M.
b)      Masjid Katangka di Sulawesi Selatan dari abad ke-17M.
c)      Masjid-masjid yang terdapat di Jakarta seperti Masjid Angke, Tambora, Marunda.
d)     Masjid Agung Demak yang berdiri abad ke-16M.
e)      Masjid Baitturahman dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda.
f)       Masjid Ternate
g)      Masjid Jepara
h)      Masjid Agung Banten dibangun pada abad ke-16M.
2)      Makam
Kuburan atau makam islam biasanya diabadikan atau diperkuat dengan bangunan dari batu yang disebut jirat atau kijing dan bertuliskan kaligrafi dari ayat Al-Quran maupun hadist. Tentunya dengan tujuan agar orang-orang yang berziarah kubur dapat petunjuk yang mencerahkan dari ayat ataupun hadis tersebut. Diatas jirat ini sering juga didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah.
3)      Sistem Penanggalan/Kalender
Kalender saka merupakan sistem penanggalan perpaduan Jawa asli dan Hindu sampai dengan tahun 1633M. Namun, semenjak masa sultan Agung Raja Mataram Muslim, kalender saka yang semula berdasarkan peredaran Matahari (Syamsiyah) diubah berdasarkan peredaran Bulan (Qamariyah) sesuai penanggalan Islam Hijriyah. Dan nama-nama bulannya pun mengalami perubahan. Dari nama-nama kehinduan seperti: Srawana, Bhadra, Asuji, Kartika, Posya, Margasira, Magha, Phalaguna, Cetra, Wasekha, Jyesa dan Asadha menjadi Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Syawal, Dulkangidah dan Besar.
4)      Perayaan Keagamaan
a. Selamatan
Adalah semacam pesta yang melibatkan sekelompok orang atau masyarakat untuk tujuan berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan. Acara selamatan terdiri atas pembacaan doa, pembacaan al-Quran dan shalawat kemudian dipadu dengan unsur adat yang dilambangkan dalam makanan.  Biasanya dengan tupeng robyong nasi kuning yang disusun mengerucut seperti gunung yang dikelilingi makanan lainnya.
             Awal muasal tradisi selamatan pada umumnya adalah pemberian sesembahan atau sesaji terhadap dewa-dewa dalam tradisi agama Hindu, untuk memohon keselamatan dan kebaikan, yang ada dibumi kemudian dinamai dengan sedekah bumi, sesajen atau uba rampe yang dipersembahkan pada roh atau lelembut yang bersemayan pada pohon yang dikeramatkan, kawah gunung, kuburan dan batu, yang dilaut dinamakan dengan sedekah laut, larung sesaji yang dipersembahkan kepada penguasa laut dari bangsa jin.
b. Sekaten
Di Yogyakarta,  Surakarta dan juga Cirebon,  perayaan maulud disebut dengan sekaten.  Istilah ini berasal dari kata syahadatain,  pengakuan percaya pada agama islam "Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,  konon dimulai pada saat maulud diperkenalkan oleh Raden Patah di Demak pada abad ke-16 M.  Ribuan orang Jawa beralih ke agama islam dengan mengucapkan syahadatain . Oleh karena itu penggunaan nama sekaten pada perayaan tersebut diteruskan oleh sultan sultan berikutnya sehingga kemudian menjadi perayaan tahunan.
DiYogyakarta dan Surakarta,  sekatem juga menjadi ajang unjuk kekuatan dan pawai patriotisme pendiri Kerajaan Mataram. Pada hari kelahiran nabi seluruh pusaka kerajaan,  termasuk gamelan dan keris,  dibersihkan dalam suatu upacara penyucian khusus dan diarak keliling kota. Sultan juga membagi bagikan berkah,  dilambangkan dengan lima jenis nasi yang dibentuk seperti gunung.
5)      Seni Rupa Wayang
Pertunjukan wayang adalah suatu bentuk pendalangan yang populer di Indonesia sejak masa pra islam dan merupakan salah satu sarana penyebaran islam yang paling jitu. Sosok wayang sebelum kedatangan islam sama bentuknya dengan yang tampak pada relief relief  candi. Setelah islam memegang kendali,  sosok wayang dirubah secara menyeluruh.  Dalam usaha untuk menaati ajaran agama islam yang melarang menggambar mahluk hidup,  maka bentuk wayang kulit,  wayang golek,  wayang beber diberi bentuk stilasi dan tidak lagi realistis guna menghindari penggambaran langsung sosok manusia. Wayang sengaja digunakan sebagai alat penyebaran agama sebagaimana dilakukan oleh para wali dalam memperkenalkan ajaran ajaran islam
6)      Seni Sastra
Perkembangan awal seni sastra Indonesia pada zaman Islam berkisar di sekitar Selat Malaka (daerah Melayu) dan di Jawa. Seni sastra zaman Islam yang berkembang di Indonesia sebagian besar mendapat pengaruh dari Persia, seperti cerita-cerita tentang Amir Hamzah, Bayan Budiman. 1001 malam (alf laila wa laila), dan sebagainya. Seni sastra yang muncul pada zaman Hindu disesuaikan perkembangannya dengan keadaan zaman Islam. Di antara seni sastra tersebut antara lain Mahabarata, Ramayana, dan Pancatantra diubah menjadi Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Perang Pandawa Jaya, Hikayat Sri Rama, Hikayat Maharaja Rahmawan, Hikayat Pancatantra. Dalam seni sastra zaman Islam di daerah Melayu dikenal Syair Ken Tambunan, Lelakon Mahesa Kumitir, Syair Panji Sumirang, Cerita Wayang Kinundang, Hikayat Panji Kuda Sumirang, Hikayat Cekel Waneng Pati, Hikayat Panji Wilakusuma, dan sebagainya.
7)      Seni Tari dan Musik
          Pengaruh islam juga dapat ditemukan pada seni tari nusanara. Tari Zapin di kepulauan Riau misalnya. Dari namanya, Zapin berasal dari bahasa arab: Zaffan, yang berarti penari atau langkah kaki. Muasalnya dari daerah Hadramaut (Yaman), Arab Selatan yang masuk dibawa oleh saudagar Yaman pada sekitar abad ke-13 Masehi. Tari Zapin digunakan sebagai salah satu media dakwah di nusantara. Masih banyak tarian-tarian yang merupakan hasil perpaduan ajaran Islam dengan budaya setempat seperti tari Seudati dan Saman di Aceh, Kuntul Banyuwangi, Panjidur Yogyakarta, Kubra Siswa Mendut Magelang dan lain-lain.
8)       Sistem Pemerintahan
        Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan pertama yang menganut sistem pemerintahan yang menerapkan hukum islam. Perkembangan ini semakin bertambah pesat setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit dan berdirinya Kerajaan Demak dengan raja pertamanya Raden Patah. Sejak berdirinya Kerajaan Demak, perkembangan Islam semakin bertambah pesat, seperti Gresik, Mataram,Tuban, Jepara, Pasuruan, Surabaya, Banten, Cirebon, Jayakarta, Banjarmasin, Makassar, Tidore dan Ternate.
        Berikut beberapa contoh hukum islam yang telah diberlakukan: penggunaan mata uang emas dinar di kerajaan Samudera Pasai, peradilan Islam di Kerajaan Mataram, pelaksanaan kewajiban sholat, puasa di kerajaan aceh  bahkan sultan Iskandar Muda menerapkan hukuman rajam terhadap puteranya yang berzina, hukuman potong  tangan bagi pencuri diatas 1 dinar di kerajaan Banten.
9)      Kosa kata
Kosakata bahasa Jawa maupun Melayu banyak mengadopsi konsep-konsep Islam. Istilah-istilah kata benda banyak sekali dipinjam dari bahasa Arab Islam seperti dalam istilah hukum dan politik : Halal, haram, hakim, mahkamah, adil, sultan. Dalam istilah keolahragaan : wasit. Dalam istilah kemasyarakatan musyawarah, mufakat, selamatan, tasyakuran, hajatan. Istilah dalam ilmu pengetahuan seperti ilmmu, wahyu, ilham atau wali istilah-istilah pinjaman tersebut sebelumnya tidak pernah dikenal dalam khazanah budaya populer Indonesia.
4.      STUDI KASUS
Kemunculan dan perkembangan islam di Indonesia (termasuk didalamnya adalah Jawa) menimbulkan akulturasi kebudayaan peradaban lokal. Akulturasi suatu kebudayaan melalui masuknya kebudayaan islam dimungkinkan, karena islam bukan hanya menekankan keimanan yang benar, tetapi juga tingkah laku yang baik. Masuknya islam ke Jawa, dalam konteks kebudayaan membawa dampak pada akulturasi islam dan budaya jawa, yaitu budaya yag telah hidup dan berkembang selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa. Akulturasi Islam dan budaya Jawa dapat dilihat pada batu nisan, seni bangunan, seni sastra, seni ukir dan berbagai tradisi perayaan hari-hari besar Islam.

4 komentar: